Sabtu, Oktober 21, 2017
Pada suatu malam sungguh Abu Aswad Ad-Duali berada di permukaan rumahnya dan di samping beliau ada putrinya yang melihat langit dan bintang yang cahayanya bersinar pada kegelapan.

Kemuadian ia berkata : " Wahai ayahku, مَااَحْسَنُ السَّمَاءِ  (apa yang paling indah dari langit itu)?".

Lalu Abu Aswad menjawab yaitu "Susunan bintang-bintangnya". Abu Aswad mengira bahwa maksud putrinya itu adalah sesuatu yang paling indah dari langit.

Anaknya menjawab lagi "wahai ayahku bukan itu maksud aku, sungguh aku hanyalah bermaksud mengagumi keindahannya.

Abu Aswad menjawab katakanlah "مَااَحْسَنَ السَّمَاءَ (alangkah indahnya langit itu)" fatahkanlah (memfathahkan huruf nun dan hamzah) mulutmu.

Ketika pagi-pagi besoknya Abu Aswad Ad-Duali datang kepada Sayidina Ali Karomallahu Wajhahu, kemudian berkata "wahai Amirul Muminin telah menimpa kepada anak-anakku sesuatu yang tidak kami ketahui lalu menceritakan kisah kejadian semalam tentang putrinya".

Sayidina Ali menjawab hal ini disebabkan oleh tercampurnya bahasa Ajam (non Arab) dengan bahasa Arab. Kemudian beliau membeli sehelai kertas (untuk menulis contoh) dan meminta waktu kepada Abu Aswad Ad-Duali beberapa waktu. Sayidina Ali menulis di atas kertas itu:

 اقسم الكلام ثلاثة اسم وفعل وحرف جاء لمعنى
"kalam terbagi menjadi tiga yaitu isim, fiil, dan haraf yang memiliki makna"
 dan menulis kalimat dari Bab Taajub.

Kemudian berkata kepada Abu Aswad Ad-Duali "Buatlah contoh semisal ini" oleh sebab itu ilmu ini dinamai dengan ilmu Nahwu (nahwu artinya contoh) dan tambahlah contoh itu sesuai dengan apa yang ada padamu (ilmu) serta ketahuilah bahwa segala sesuatu itu ada 3 yaitu Dzahir (nampak), Dlomir (Pengganti), dan sesuatu yang bukan keduanya atau samar (disebut Mubham).

Abu Aswad berkata "aku mengumpulkan segala sesuatu darinya (Dzahir, Domir dan Mubham) dan memperluas bahasannya seperti ada huruf nasob, inna waakhwatuha, bab ataf dan naat dan lain sebagainya.

Ketahuilah sesungguhnya banyak sekali hadits-hadits marfu dan atsar-atsar mauquf yang  menganjurkan untuk mempelajari bahasar Arab, di antaranya adalah sabda Rosulallahu saw. : "sesungguhnya Allah tidak akan mendengar doa yang salah (maksudnya: salah tata bahasanya) dan para ulama tidak memperhatikan atau menganggap solat di belakang orang yang salah (bacaannya)". Dan banyak lagi hadits yang lainnya menyebutkan anjuran mempelajarinya.


Demikianlah untuk kisah pembuatan ilmu Nahwu ini. In Syaa Allah untuk selanjutnya akan membahas tentang Kalam. Jangan lupa untuk dihafalkan dan difahami. Mudah-mudahan Allah memudahkan kita semua.

_____________________
sumber : Kitab Mukhtasor Jiddan ala matnil Aj-Jurumiyah karangan Al-Alamah As-Sayid Ahmad Zaini Dahlan

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar yang bermanfaat