Selasa, Oktober 24, 2017


بِتِا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِيْ # وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِيْ

ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ أَنَّ الْفِعْلَ يَمْتَازُ عَنِ الِاسْمِ وَالْحَرْفِ بِتَاءِ فَعَلْتَ وَالْمُرَادُ بِهَا تَاءُ الْفَاعِلِ وَهِيَ الْمَضْمُوْمَةُ لِلْمُتَكَلِّمِ نَحْوُ فَعَلْتُ وَالْمَفْتُوْحَةُ لِلْمُخَاطَبِ نَحْوُ تَبَارَكْتَ وَالْمَكْسُوْرَةُ لِلْمُخَاطَبَةِ نَحْوُ فَعَلْتِ وَيَمْتَازُ أَيْضًا بِتَاءِ أَتَتْ وَالْمُرَادُ بِهَا تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةُ نَحْوُ نِعْمَتْ وَبِئْسَتْ فَاحْتَرَزْنَا بِالسَّاكِنَةِ عَنِ اللَّاحِقَةِ لِلْأَسمْاَءِ فَإِنَّهَا تَكُوْنُ مُتَحَرِّكَةً بِحَرَكَةِ الْإِعْرَابِ نَحْوُ هَذِهِ مُسْلِمَةٌ وَرَأَيْتُ مَسْلِمَةً وَمَرَرْتُ بِمُسْلِمَةٍ وَمِنَ اللَّاحِقَةِ لِلْحَرْفِ نَحْوُ لَاتَ وَرُبَّتَ وَثُمَّتَ  وَأَمَّا تَسْكِيْنُهَا مَعَ رُبَّ وَثُمَّ فَقَلِيْلٌ نَحْوُ: رُبَّتْ وَثُمَّتْ.

-----------------------

بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِيْ     وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْلٌ يَنْجَلِيْ

Dengan adanya ta’ pada lafadz  فَعَلْتَ  dan أَتَتْ dan ya’ pada lafadz اِفْعَلِيْ dan nunnya lafadz أَقْبِلَنَّ fi’il menjadi jelas.


Kemudian mushonnif menyebutkan bahwa fi’il bisa dibedakan dari isim dan huruf dengan adanya ta’ pada lafadz فَعَلْتَ dan yang dimaksud adalah ta’ fa’il. Dan ta’ fa’il apabila berharakat dhommah maka untuk menunjukkan makna mutakallim, contoh: فَعَلْتُ (Saya telah berbuat), dan apabila berharakat fathah maka untuk menunjukkan makna mukhathab, contoh: تَبَارَكْتَ (Maha suci Engkau), dan apabila berharakat kasrah maka untuk menunjukkan mukhathabah, contoh: فَعَلْتِ (kamu (perempuan) telah berbuat).

Dan juga dibedakan fi’il dari isim dan huruf dengan adanya ta’ pada lafadz أَتَتْ dan yang dimaksud di sini adalah ta’ ta’nits saakinah, contoh: نِعْمَتْ (sebaik-baik), dan بِئْسَتْ (sejelek-jelek). Dan kami membatasi dengan istilah الساكنة (huruf yang bersukun) dari apa yang terdapat pada isim-isim, karena ta’ yang terdapat pada isim-isim itu ta’ ta’nits tapi berharakat (tidak bersukun) dengan harakat yang menunjukkan i’robnya, contoh: 

(Ini seorang muslimah =   هَذِهَ مُسْلِمَةٌ)
(Saya melihat seorang muslimah = رَأَيْتُ مُسْلِمَةً )
(Saya melewati seorang muslimah= مَرَرْتُ بِمُسْلِمَةٍ

Dan dari yang terdapat pada huruf, contoh: لَاتَ (tidak), رُبَّتَ (jarang), ثُمَّتَ (Kemudian), adapun sukun pada lafadz رُبَّ dan ثُمَّ itu jarang, contoh: رُبَّتْ dan ثُمَّتْ .


وَيَمْتَازُ أَيْضًا بِيَاءِ افْعَلِي وَالْمُرَادُ بِهَا يَاءُ الْفَاعِلَةِ وَتَلْحَقُ فِعْلَ الْأَمْرِ نَحْوُ اضْرِبِيْ وَالْفِعْلَ الْمُضَارِعَ نَحْوُ تَضْرِبِيْنَ وَلَا تَلْحَقُ الْمَاضِيَ .وَإِنَّمَا قَالَ الْمُصَنِّفُ يَا افْعَلِيْ وَلَمْ يَقُلْ يَاءَ الضَّمِيْرِ لِأَنَّ هَذِهِ تَدْخُلُ فِيْهَا يَاءُ الْمُتَكَلِّمِ وَهِيَ لَا تَخْتَصُّ بِالْفِعْلِ بَلْ تَكُوْنُ فِيْهِ نَحْوُ أَكْرَمَنِيْ وَفِي الِاسْمِ نَحْوُ غُلَامِي وَفِي الْحَرْفِ نَحْوُ إِنِّيْ بِخِلَافِ يَاءِ افْعَلِيْ فَإِنَّ الْمُرَادَ بِهَا يَاءُ الْفَاعِلَةِ عَلَى مَا تَقَدَّمَ وَهِيَ لَا تَكُوْنُ إِلَّا فِي الْفِعْلِ وَمِمَّا يُمَيِّزُ الْفِعْلَ نُوْنُ أَقْبِلَنَّ وَالْمُرَادُ بِهَا نُوْنُ التَّوْكِيْدِ خَفِيْفَةً كَانَتْ أَوْ ثَقِيْلَةً فَالْخَفِيْفَةُ نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: {لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ (وَالثَّقِيْلَةُ نَحْوُ قَوْلِهِ تَعَالَى: {لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ (فَمَعْنَى الْبَيْتِ يَنْجَلِي الْفِعْلُ بِتَاءِ الْفَاعِلِ وَتَاءِ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ وَيَاءِ الْفَاعِلَةِ وَنُوْنِ التَّوْكِيْدِ.
-------------

Dan juga fi’il dibedakan dari isim dan huruf dengan adanya ya’ pada lafadz اِفْعَلِيْ dan yang dimaksud dengannya adalah ya’ fa’ilah ( ya’ yang berkedudukan sebagai fa’il). Dan ya’ fa’ilah itu terdapat pada fi’il amer, contoh: اِضْرِبِيْ (pukullah oleh engkau (perempuan)), dan terdapat juga pada fi’il mudhari’ contoh: تَضْرِبِيْنَ (engkau (perempuan) sedang/akan memukul), dan tidak terdapat pada fi’il madhi. Dan sesungguhnya saja Mushonnif mengatakan ya’ pada lafadz اِفْعَلِيْ dan tidak mengatakan ya’ dhomir, karena yang namanya ya’ dhomir itu masuk di dalamnya ya’ mutakallim dan ini bukan termasu ciri khas bagi fi’il meskipun ada juga yang bersambung dengan fi’il, contoh: أَكْرَمَنِيْ(dia memuliakanku), dan juga ada yang bersambung dengan isim, contoh: غُلَامِيْ (pembantuku), serta ada juga yang bersambung dengan huruf, contoh:  إِنِّيْ (sesungguhnya saya), berbeda dengan ya’ nya اِفْعَلِيْ karena yang dimaksud dengannya adalah ya’ fa’ilah sebagaimana penjelasan yang suah lewat, dan ya’ fa’ilah itu hanya terdapat pada fi’il. Dan yang termasuk membedakan fi’il adalah adanya nun pada lafadz أَقْبِلَنَّ dan yang dimaksud dengannya adalah nun taukid, baik nun taukid khofiifah ( yang ringan ) maupun nun taukid tsaqiilah ( yang berat ). 

Contoh yang khofiifah adalah firman Allah ta’ala:

لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَة
ِ (Niscaya Kami tarik ubun-bunnya) Al ‘Alaq:15

Dan contoh nun taukid Tsaqiilah adalah firman Allah ta’ala:

لَنُخْرِجَنَّكَ يَا سُعَيْبُ
(Benar-benar kami akan mengusirmu wahai Su’aib) al A’raf:88


Maka makna bait kali ini adalah: Fi’il dapat dibedakan dari Isim dan Huruf secara jelas dengan adanya ta’ fa’il, ta’ ta’nits sakinah, ya’ fa’ilah dan nun taukid.Jika Antum belum faham tentang Isim dan tanda-tandanya maka bisa dilihat lagi Tanda-Tanda Isim

Semoga Bermanfaat, hafalkan dan pahami. 

____________

Sumber : https://t.me/syarah_ibnu_aqil/28
Oleh : Al - Ustadz Agus Waluyo Abu Muhammad

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar yang bermanfaat